Kembang api


Sabtu, 30 Maret 2019

KULINER KHAS BELITUNG





Gangan menjadi kekhasan Belitung karena menggunakan bahan dasar ikan laut yang banyak terdapat di perairan Belitung, diantaranya ikan kepala ketarap, ikan ilak, ikan kerisi (terisi), ikan bebulus, ikan ekor kuning, ikan belanak, bahkan di Belitung banyak yang gemar gangan ikan pari dan ikan hiu. Namun tidak tertutup kemungkinan menggunakan ikan lain seperti ikan kue dan ikan kakap. Jika tidak suka ikan laut, bisa gunakan alternatif lain seperti ikan air tawar, ayam atau bahkan daging yang sudah direbus dulu sampai empuk.



Selain ikan laut khas perairan Belitung, sup ini juga memberi cita rasa yang unik karena menggunakan buah nanas segar, yang menjadi manis saat bercampur dengan kuah ikan. Aku juga suka masakan ini karena ringan, kaldunya bening, tidak amis karena ada paduan rasa dari buah nanas.



Membuatnya ternyata juga mudah saja. Menggunakan bumbu halus yang terdiri dari bawang merah, bawang putih, cabe, kunyit, lengkuas, kemiri serta perasa seperti garam dan gula secukupnya. Setelah itu rebus bumbu halus bersama ikan sampai matang dan terakhir masukkan nanas sampai lunak. Gangan siap dihidangkan dan dinikmati bersama nasi putih hangat

Jumat, 29 Maret 2019

NGEREMIS BELITUNG





Laut Mengalami Pasang surut....Di Belitung ada saat-saat tertentu Bagus untuk turun ke laut artinya di saat itu Ikan yang di hasilkan akan lebih banyak.



Di Belitung ada waktunya air laut itu tidak bagus buat mencari ikan biasanya biasanya di sebut dengan "Aik Taruk" yang dapat di artikan Pasang surutnya air laut tidak dapat di prediksi.



Hari ini Pas Air Baru Buka artinya hari pertama setelah berakhirnya "Aik Taruk" saya mencoba berjalan menyusuri pantai di mana biasanya banyak Orang-orang mencari ikan atau Keremis (Sebangsa Kerang) di pinggir-pinggir Pantai. tepatnya di Dusun Tanjung Tikar Desa sungai samak Kec. Badau Belitung.



Untuk lebih Jelas simak saja Video saya mudah-mudahan bermanfaat mohon dukunganya Subscribe dan Like nya apabila teman-teman suka..Mohon Maaf bila ada kehilafan atau kata-kata yang kurang berkenan....atas dukunganya saya mengucapkan banyak Terimakasih .

Kamis, 28 Maret 2019

KERAJINAN KHAS BELITUNG





Caping sungguh identik dengan kehidupan petani dan nelayan. Di Pulau Jawa, topi lebar ini biasa dibuat dari anyaman bambu. Lain lagi di Belitung, caping yang disebut terindak justru berbahan baku daun mengkuang/lais/pandan laut.



Terindak Belitong



Meski memiliki latar masa lalu sebagai daerah tambang, masyarakat Pulau Belitung sudah mengenal caping sejak lama. Caping khas Belitung yang disebut terindak dulunya memang hanya digunakan oleh kaun tani dan nelayan di pulau ini. Sebab dahulu, di masa perusahaan PT Timah, pegawai di lokasi tambang tak ada yang menggunakan terindak. Perusahaan itu mewajibkan karyawannya memakai helm proyek untuk keselamatan saat bertugas.



Namun kini, pengguna terindak di Belitung bukan sebatas petani dan nelayan. Tapi, banyak pekerja tambang inkonvensional atau tambang timah rakyat yang menggunakan terindak saat bekerja, sekedar untuk melindungi wajah dari sengatan matahari.



Terindak Belitong ini dibuat dari daun tumbuhan mengkuang (Pandanus sp). Tumbuhan dengan daun panjang dan berduri ini memang banyak dijumpai di rawa-rawa dan sekitar aliran sungai di Pulau Belitung. Oleh masyarakat tradisional Belitung, daun mengkuang selain dibuat terindak, biasa pula diolah sebagai bahan baku tikar, mentudong (tudung saji) dan ambin (wadah memanen padi).



Dahulu, banyak pengrajin terindak di perkampungan Pulau Belitung. Mereka membuat terindak selain buat dipakai sendiri, juga atas pesanan orang lain. Pesanan terindak kebanyakan dari kaum peladang tradisional yang memiliki ume (huma) ataupun petani kebun sahang.



Jumlah pengrajin terindak kini memang telah jauh berkurang. Banyak diantara mereka yang telah meninggal dunia. Namun diantaranya, ada yang mewariskan ilmu membuat terindak ini kepada anggota keluarganya yang bermanfaat hingga kini.



Untuk memperindah tampilan terindak, Pak Yanto memoles bagian luarnya dengan cat berbagai warna. Tak jarang ia memberi motif gambar bunga atau lainnya. Selain terindak terlihat lebih menarik, penggunaan cat minyak juga membuat kerapatan potongan daun mengkuang semakin kuat, sehingga tidak mudah ditembus air hujan.



Disamping pandai membuat terindak, Pak Yanto juga mahir membuat mentudong atau tudung saji khas Belitung. Bahan bakunya sama-sama dari daun mengkuang. Namun saat ini, ia lebih banyak membuat terindak sesuai pesanan warga di sekitar kampungnya.

Minggu, 24 Maret 2019

GULA AREN BELITUNG





Pak Arki warga Desa Gunung Riting kecamatan Membalong, Belitung Baratini memilih usaha gula merah sebagai rutinitas hariannya. Meneruskan usaha turun-temurun dari orangtuanya hingga sekarang,



Gula merah atau gula aren yang dalam Bahasa Belitong

biasa disebut gula kirik menjadi salah satu usaha kecil menengah

yang menjanjikan di Kabupaten Belitung Barat.

Selain untuk kebutuhan sehari hari, gula merah menjadi salah satu

oleholeh khas Belitong yang banyak dicari wisatawan.



Untuk menghasilkan gula merah yang berkualitas, bahan baku yang

digunakan adalah air sadapan bunga pohon aren yang berasal dari pohon aren.

Untuk satu pohon aren bisa menghasilkan 10 liter nira.

Nira yang telah diperoleh kemudian disaring, selanjutnya dimasak secara

tradisional samapi mengental dengan lama pemasakan tergantung dari

banyaknya nira. Apabila sudah mengental dan berwarna kemerahan maka

dituang kedalam cetakan bambu.

Gula aren yang sudah membeku dibiarkan satu malam, baru dibungkus.



Walaupun saat ini agak tersaingi dengan gula Aren (merah) campuran

Yang harganya jauh lebih murah Namun Pak Arki tetap mempertahankan

Keaslian Gulanya sampai sekarang...kiranya itu saja yang dapat saya

sampaikan dalam perjalanan saya di desa gunung Riting Kecamatan Membalong

Lebih dan kurangnya saya mohon maaf dan mengucapkan banyak terimakasih.

Nantikan terus perjalanan saya berikutnya di Negri Laskar Pelangi