Kembang api


Kamis, 26 September 2019

CAMPAK KEMBUJA BESAUT "EMBER-EMBER'





Tari campak masuk ke Belitung melalui Pulau Seliu pada abad ke-18, dibawa oleh seorang penari bernama Nek Campak. Perlahan-lahan, campak pun berkembang menjadi tari pergaulan yang mengasyikkan dan menarik minat masyarakat Belitung untuk menyaksikannya.



Kesenian campak dapat dibagi menjadi dua, yakni campak darat dan campak laut. Jika campak darat dijadikan tari pergaulan, maka campak laut yang dibawa masyarakat Suku Sawang merupakan tari gembira yang diikuti dengan nyanyian dan dilakukan berpasang-pasangan.



Campak Darat



Tari campak merupakan tari khas dari masyarakat pulau Belitung yang merupakan tari hiburan bagi semua lapisan masyarakatnya. Tari ini dibawakan oleh dua atau empat orang penari wanita diiringi oleh penari pria secara bergantian. Peria yang ingin turun menari harus meberi imbalan berupa uang yang dicampakan disuatu tempat/kaleng yang disediakan didepan penari wanita, dari sinilah lahir nama campak. Biasanya dalam tarian ini diselingi dengan pantun berbalas diantara penari pria dan wanita sehingga tarian ini akan sangat meriah dan ceria. Sebagai alat pengiring tari campak berupa tawak-tawak, gendang dan biola....

Mohon maaf bila ada kesalahan kata dan susunan Bahasasa ataupun Perilaku yang tidak berkenan di Hati pemirsa ..Karena ini hanyalah Hiburan semata...Kalau jarum yang patah jangan simpan di dalam peti kalau ada kata yang salah jangan di simpan di dalam hati....


Selasa, 24 September 2019

DE ANYUT BADAI -MUSIK KREASI PULAU BELITUNG (PEKAN EKONOMI KREATIF II 20...







DE ANYUT BADAI
      De anyut badai
merupakan cerita kearifan local yang berasal dari pulau seliu kabupaten
Belitung. Jadul ini diangkat dari kisah nyata pada tahun 1970. Pada saat itu
kapal pelayar masih menggunakan layar dan para pengangkut barang belayar dari
pulau Seliu menuju ke Jakarta. Pada saat mereka berlayar pulang dari Jakarta
menuju pulau seliu, mereka terhanyut badai sampai kepulau sumatera hamper satu
tahun lamanya. Keluarga yang tidak mendapatkan kabar merasa sangat khawatir dan
mengira para pelayar sudah meninggal dunia. Dibulan selanjutnya para pelayar
tiba-tiba kembali ke pulau seliu, para warga beserta keluarga sangat
terkejut  sekaligus bahagia akan
kehadiran para pelayar.
      Pada dasarnya
karya De Anyut Badai ini akan mengulas tentang kerinduan dan kegaduhan para
pelayar ketika terhanyut badai selama berbulan-bulan. Adapun salah satu aspek
kearifan local cerita rakyat sebagai fundamental konsep dan diinterpretasikan
kedalam beberapa lagu music lokal yang bersumber dari lagu campak berjudul
“Jambuk mira” dan satu lagu tentang kerinduan berasal dari pulau Belitung
berjudul “ malam berembun”