Kerajaan Islam di
Indonesia
Diperkirakan kejayaannya
berlangsung antara abad ke-13 sampai
dengan abad ke-16. Timbulnya
kerajaan-kerajaan tersebut didorong oleh maraknya lalu lintas perdagangan laut
dengan pedagang-pedagang Islam dari Arab, India, Persia, Tiongkok, dll. Kerajaan tersebut dapat dibagi menjadi
berdasarkan wilayah pusat pemerintahannya, yaitu di Sumatera, Jawa, Maluku, dan Sulawesi.
Kedatangan Islam
Tak ada sumber yang jelas
mengenai kapan awal kedatangan Islam di Maluku khususnya Ternate. Namun
diperkirakan sejak awal berdirinya kerajaan Ternate masyarakat Ternate telah
mengenal Islam mengingat banyaknya pedagang Arab yang telah bermukim di Ternate
kala itu. Beberapa raja awal Ternate sudah menggunakan nama bernuansa Islam
namun kepastian mereka maupun keluarga kerajaan memeluk Islam masih
diperdebatkan. Hanya dapat dipastikan bahwa keluarga kerajaan Ternate resmi
memeluk Islam pertengahan abad ke-15.
Kolano Marhum (1465-1486), penguasa Ternate ke-18
adalah raja pertama yang diketahui memeluk Islam bersama seluruh kerabat dan
pejabat istana. Pengganti Kolano Marhum adalah puteranya, Zainal Abidin
(1486-1500). Beberapa langkah yang diambil Sultan Zainal Abidin adalah
meninggalkan gelar Kolano dan menggantinya dengan Sultan, Islam diakui sebagai
agama resmi kerajaan, syariat Islam diberlakukan, membentuk lembaga kerajaan
sesuai hukum Islam dengan melibatkan para ulama. Langkah-langkahnya ini
kemudian diikuti kerajaan lain di Maluku secara total, hampir tanpa perubahan. Ia
juga mendirikan madrasah yang pertama di Ternate. Sultan Zainal Abidin pernah
memperdalam ajaran Islam dengan berguru pada Sunan Giri di pulau Jawa, disana beliau dikenal sebagai
"Sultan Bualawa" (Sultan Cengkih).
A. Kerajaan Gapi atau yang
kemudian lebih dikenal sebagai Kesultanan Ternate
(mengikuti nama ibukotanya)
Adalah salah satu dari 4 kerajaan Islam di
Maluku dan merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara. Didirikan
oleh Baab Mashur Malamo pada 1257. Kesultanan Ternate memiliki peran penting di
kawasan timur Nusantara antara abad ke-13 hingga abad ke-17. Kesultanan Ternate menikmati kegemilangan di paruh
abad ke -16 berkat perdagangan rempah-rempah dan kekuatan militernya. Di masa
jaya kekuasaannya membentang mencakup wilayah Maluku, Sulawesi utara, timur dan
tengah, bagian selatan kepulauan Filipina hingga sejauh Kepulauan Marshall di
pasifik.
B. Kesultanan Tidore
Kesultanan Tidore adalah kerajaan Islam
yang berpusat di wilayah Kota Tidore, Maluku Utara, Indonesia sekarang. Pada masa kejayaannya
(sekitar abad ke-16 sampai abad ke-18), kerajaan ini menguasai
sebagian besar Halmahera selatan, Pulau Buru, Ambon, dan banyak pulau-pulau di pesisir Papua
barat.
Pada tahun 1521,
Sultan Mansur dari Tidore menerima Spanyol sebagai sekutu untuk mengimbangi
kekuatan Kesultanan Ternate
saingannya yang bersekutu dengan Portugis. Setelah
mundurnya Spanyol dari wilayah tersebut pada tahun 1663
karena protes dari pihak Portugis sebagai pelanggaran terhadap Perjanjian
Tordesillas 1494, Tidore menjadi salah kerajaan paling
independen di wilayah Maluku. Terutama di
bawah kepemimpinan Sultan
Saifuddin (memerintah 1657-1689),
Tidore berhasil menolak pengusaan VOC terhadap wilayahnya dan
tetap menjadi daerah merdeka hingga akhir abad ke-18.
C. Kesultanan Bacan
Kesultanan Bacan adalah suatu kerajaan
yang berpusat di Pulau Bacan, Kepulauan
Maluku. Raja Bacan pertama yang memeluk Islam adalah Raja Zainulabidin
yang bersyahadat
pada tahun 1521.
Meski berada di Maluku, wilayahnya cukup luas hingga ke wilayah Papua. Banyak kepala
suku di wilayah Waigeo, Misool dan beberapa daerah
lain yang berada di bawah administrasi pemerintahan kerajaan Bacan.
D. Kerajaan Tanah Hitu
adalah sebuah kerajaan Islam yang terletak
di Pulau
Ambon, Maluku.
Kerajaan ini memiliki masa kejayaan antara 1470-1682 dengan raja
pertama yang bergelar Upu Latu Sitania (raja tanya) karena Kerajaan ini
didirikan oleh Empat Perdana yang ingin mencari tahu faedah baik dan tidak
adanya Raja. Kerajaan Tanah Hitu pernah menjadi pusat perdagangan rempah-rempah
dan memainkan peran yang sangat penting di Maluku, disamping
melahirkan intelektual dan para pahlawan pada zamannya. Beberapa di antara
mereka misalnya adalah Imam Ridjali, Talukabessy, Kakiali dan lainnya yang tidak
tertulis di dalam Sejarah Maluku sekarang, yang beribu Kota Negeri Hitu.
Kerajaan ini berdiri sebelum kedatangan imprialisme barat ke wilayah Nusantara.
Awal mula kedatangan
Kedatangan Empat Perdana merupakan awal
datangnya manusia di Tanah Hitu sebagai penduduk asli Pulau Ambon.
Empat Perdana Hitu juga merupakan
bagian dari penyiar Islam di Maluku. Kedatangan Empat Perdana merupakan
bukti sejarah syiar Islam di Maluku yang di tulis oleh penulis sejarah pribumi tua maupun
Belanda dalam berbagai versi seperti Imam Ridjali, Imam Lamhitu, Imam Kulaba,
Holeman, Rumphius dan Valentijn.
ABAD KE-13
Penduduk lokal Kampung
Wawane, Provinsi Maluku, merupakan penganut animisme. Lalu seabad kemudian, hal
tersebut mulai berubah seiring dengan kedatangan pedagang Jawa ke provinsi ini.
Pedagang-pedagang Jawa ini tidak hanya berdagang, namun juga menyebarkan ajaran
Islam. Mereka mencoba mengenalkan Islam kepada masyarakat lokal di Maluku, dan
kepercayaan animisme sedikit demi sedikit mulai memudar di Kampung ini.
Masjid Tertua di Indonesia Ada di
Maluku
Perkembangan Islam di Maluku selanjutnya ditandai dengan dibangunnya
Masjid Wapaue pada 1414. Masjid ini terletak di kampung Wawane, dan menurut
sejarah setempat mesjid ini dibangun saudagar-saudagar kaya yang bernama
Perdana Jamillu dan Alahulu.
Masjid ini dinamakan Masjid
Wapaue karena terletak di bawah pohon mangga. Dalam bahasa setempat,
"wapa" berarti "bawah" dan "uwe" berarti mangga. Keseluruhan
bangunan masjid ini terbuat dari kayu sagu yang dilekatkan satu sama lain tanpa
menggunakan paku.
Pada 1614, masjid ini disarankan untuk dipindahkan lokasinya ke Kampung Tehalla, 6 kilometer dari sebelah timur Kampung Wawane. Relokasi ini dipimpin Imam Rajali, seorang kyai bersama para pengikutnya yang disebut Kelompok Dua Belas Tukang. namun, 50 tahun kemudian atau pada 1664, mesjid ini secara ajaib telah berpindah ke Kaitetu, dan tidak ada seorangpun yang memindahkannya. Para penduduk setempat percaya hal ini merupakan suatu mukjizat atau keajaiban.
Hingga kini, Masjid Wapaue ini masih terawat dengan baik. tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah umat muslim, tapi juga sebagai galeri museum yang berisi koleksi-koleksi antik peninggalan kebudayaan muslim maluku kuno antara lain Bedug yang berumur seratus tahun, Al-Quran antik yang ditulis tangan, sebuah kaligrafi tulisan arab yang ditaruh di sebuah lempengan metal dan sebuah timbangan kayu yang digunakan untuk menimbang zakat.
Mesjid tua Wapauwe ini terletak
dekat dengan Benteng Amsterdam di desa Kaitetu, Kabupaten Hila, Provinsi
Maluku. Untuk mengunjungi mesjid ini dibutuhkan waktu sekitar satu jam
perjalanan menggunakan bis umum dari Ibukota Maluku, kota Ambon.
* *
* * * * *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
"orang yang baik selalu mengucap salam bila berkunjung"